Perihal Puan

Malam ini ada empat perihal yang akan aku utarakan duhai puan.

Kuharap kau mau mendengarkan celotehan malamku ini dengan seksama.
Sebelum itu seruputlah kopi hitam kesukaanmu itu, kuseduhkan hangat-hangat.

Perihal pertama ialah perihal rasa, mungkin bagimu rasa ini tampak biasa. Mungkin bagimu aku tanpa rasa. Bahkan mungkin bisa engkau kata tak ada sama sekali.
Aaah, namun kau salah puan. Bertahun-tahun sudah rasa ini kupupuk dalam diam, sendirian.
Kalau berkilah pasal niat, maka masuklah kita pada perihal kedua.

Perihal kedua ialah perihal niat. Sungguh! niatku sungguh tulus ingin menjagamu dalam pagar rasa yang selama ini kubuat.
Andai kau tau, sungguh niatku adalah mengupayakan kebahagiaanmu. Namun apalah dayaku, kau masih belum membukakan dirimu.
Dalam kopi yang tengah kau seruput, kau berkilah.
“Usaha dong, laki-laki kan harus berjuang keras”
Itulah perihal ketiga duhai puan, Usaha.

Bertahun pula sudah aku mengupayakanmu. Dalam bentuk sapa yang acap kali tak kau hiraukan, dalam bentuk pesan yang sering kau kau abaikan, dalam bentuk panggilan yang terlalu sering kau acuhkan.
Seringkali sudah usahaku gagal dalam mengupayakanmu, kau masih tetap tak membukakan hatimu.
Lalu kau berceloteh pelan,
“Lalu sekarang harus dikata apa?”
Aaah, itulah perihal keempat puan. Tawakal.

Jika tuhanku mengijabah do’a malamku atasmu, maka suatu saat nanti aku pun akan dipersandingkan denganmu.
Energiku untuk berusaha tak sekuat dulu duhai puan, tubuhku mulai layu, tanganku lunglai, kakiku pincang.

Hanya dibawah cemara kesepian inilah aku berharap dalam penantian panjang, bersabar agar kau datang dan menjemputku.
Agar kita bisa dipersandingkan, selamanya?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Selamat Datang Sayang

Dilamun Ombak